Powered By Blogger

Rabu, 13 Maret 2013

Proposal Kuantitatif


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dalam proses belajar mengajar banyak sekali macam model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan suatu materi dan dari berbagi macam model pembelajran yang digunakan dalam menyampaikan meteri tersebut kadang sering sekali model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya diterapkan, salah satu medel pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Tematik.
Model pembelajaran Tematik adalah model pebelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengelaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermaknakarena dalam pembelajaran tematik,siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui penglaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokos perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang titempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang akan dikembangkannya.

Berdasarkan penelitian peneliti disekolah SDN 2 Ujanmas ini belum sama sekali menggunakan model pembelajaran yang lebih melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar seperti model pembelajaran tematik ini, disekolah ini sebagian besar gurunya masih menggunakan model sendiri atau biasa dikatakan masih memakai bahasa daerah dalam menyampaikan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam memberikan pembelajaran terhadap siswa-siswanya, yang menyebabkan para siswa terbiasa menerima saja apa yang disampaikan oleh gurunya tanpa memahami secara omptimal dengan apa yang disampaikan oleh gurunya tersebut dan menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing.
Penerapan metode yang menoton ini menyebabkan siswa malas berpikir dan berperan aktif dalam situasi pembelajaran sehhingga dan lebih senang bermain saat guru memberikan pembelajaran, sehingga didapatkan rendahnya hasil belajar siswa kelas II SDN Ujanmas yang peneliti dapatkan dari daftar nilai siswa dari TU SDN 2 ujanmas tersebut.

Tabel 1.1
Daftar Rata-rata Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SD Negeri 02 Ujanmas Kec. Sungai Are
Semester
Tahun Pelajaran
2008/2009
2009/2010
2010/2011
Ganjil
55
50
55
Genap
50
58
56
Cat : KKM = 60
Sumber : Daftar Nilai Guru SD Negeri 02 Ujanmas Kec. Sungai Are
Berdasarkan nilai rata-rata diatas dapat kita lihat nilai ketuntasan siswa masih sangat rendah karena siswa sama sekali belum bisa mencapai nilai KKM.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang dipaparkan di atas maka peneliti mengajukan sebuah penelitian tentang EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN 2 UJANMAS KEC. SUNGAI ARE  
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.      Belum digunakannya model pembelajaran tematik.
    1. Guru sering menggunakan bahasa daerah dalam menyapaikan pembelajaran.
    2. Metode yang digunakan masih sangat menoton.
    3. Rendahnya nilai hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 02 Ujanmas
C.                  Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah penelitian ini penulis batasi pada rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan belum digunakannya model pembelajaran Tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di   SD Negeri 02 Ujanamas Kec. Sungai Are

D.                Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah efektivitas penerapan model pembelajaran Tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri 02 Ujanmas kec. Sungai are ?
E.                  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri 02 Ujanmas kec.Sungai Are
F.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagi sekolah, dapat memberikan informasi terhadap perkembangan dunia pendidikan kita, bahwa pendidik di sekolah harus dapat memberikan bimbingan kepada siswanya untuk berkembang dan menguasai ilmu pengetahuan secara menyeluruh
2.      Bagi guru,  dapat memberikan masukkan kepada guru untuk merancang pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa, dan membuka paradigma baru dalam mengembangkan model pembelajaran yang lebih baik
3.      Bagi siswa, dapat memotivasi siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep dan pemahaman siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia khusunya.
4.      Bagi peneliti, untuk memenuhi tugas karya tulis ilmiah penelitian kuantitatif.
G.    Hipotesis Tindakan
Sugiyono (2010 : 96) mendefiniskan hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Menurut Asrori (2007:64) dalam konteks penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru, maka hipotesis tindakan dapat diartikan sebagai suatu prakiraan yang bakal terjadi dalam proses dan hasil pembelajaran jika suatu tindakan dilakukan.
            Menurut Sudijono (2005:208) hipotesis dibagi menjadi dua yaitu pertama hipotesis alternatif (Ha) adalah kolerasi positif yang signifikan, antara variabel X dan variabel Y, dan kedua (Ho) tidak adanya korelasi positif yang signifikan, antara variabel X, dan variabel Y. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.   Ha =  Adanya efektivitas penerapan model pembelajaran Tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SD Negeri 02 Ujanmas kec.Sungai Are.
2.      Ho =  Tidak ada efektivitas penerapan model pembelajaran Tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri 02 Ujanmas kec.Sungai Are.
H.Defenisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi terhadap istilah dalam penelitian ini maka diberikan defenisi operasional sebagai berikut :
1.  Hasil belajar adalah ”pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Suprijono (2009:5). Sementara hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini hasil belajar melingkupi hasil belajar pada aspek kognitif dan afektif.
2.  Model pembelajaran Tematik adalah model pembelajran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain  yang telah dipahaminya. Fokos perhatian dalam pembelajaran tematikterletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentu-bentuk ketrampilan yang harus dikembangkannya. (Rusman, 2011 dalam buku model-m0del pembelajaran : 254).
3.  Bahasa indonesia suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. (bodioyono, 2002 dalam buku sejarah Bahasa Indonesia : 123).




















BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.      Kajian Teoritis
1.      Efektivitas
Menurut Sondang P. Siagian (2001 : 24) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
Menurut Abdurahmat (2003:92) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. .
2.      Model Pembelajaran Tematik
a.       Pengertian Tematik
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain  yang telah dipahaminya. Fokos perhatian dalam pembelajaran tematikterletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentu-bentuk ketrampilan yang harus dikembangkannya.
b.      Tujuan pembelajaran tematik
Menurut presentasi sosialisasi KTSP yang dilakukan oleh dinas terkait, berikut ini beberapa tujuan penerapan pembelajaran tematik;
1). Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
2). Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
3). Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan,  melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
4). Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik.
c.         Manfaat Pembelajaran Tematik
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran tematik seperti;
1). Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan,
2). Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan  tujuan akhir,
3). Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
4). Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
d.      Kelebihan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan (Depdikbud, 1996) sebagai berikut :
1). Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
2). Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3). Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
4). Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
5). Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak.
6). Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. (kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain)
e.    Kelemahan pembelajaran tematik
Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan.  Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
f.       Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tematik

1).  Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:

a). Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator

Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1).  Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
(2).  Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
(1). Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati

b). Menentukan tema

 
(1). cara penentuan tema

Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.

Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

(2). Prinsip Penentuan tema

Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
(a). Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
(b). Dari yang termudah menuju yang sulit
(c). Dari yang sederhana menuju yang kompleks
(
d). Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
(
e).  Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa

(
f). Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya

c). Menetapkan Jaringan Tema

Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.


d). Penyusunan Silabus

Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.

E). Penyusunan rencana pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi

(1). Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).


(2). Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.

(3). Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.

(4). Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).

(5). Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.


(6). Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).
3.      Hasil Belajar
Menurut Sudjana, (2004:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar :(1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita.
Menurut Sudjana, (1989 : 39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa berupa perubahan kemampuan yang dimilikinya
4.      Mata pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran bahasa Indonesia harus memperhatikan hakikat bahasa dan sastra sebagai sarana komunikasi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Dalam hal ini ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek medengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek itu merupakan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran walaupun dalam penyajian silabus keempat aspek itu masih dapat dipisahkan.
Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BAB V Standar Kompetensi Lulusan Pasal 25 Ayat (3) dijelaskan bahwa kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa (termasuk Bahasa Indonesia) menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan. Dalam hal membaca, pada akhir pendidikan di SMP/MTs, peserta didik diharapkan telah membaca sekurang-kurangnya lima belas buku sastra dan nonsastra.
Pada sisi lain, bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi dan sastra me-rupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas. Sementara itu, bahasa dan sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui pendekatan yang sesuai dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif, sedangkan pendekatan pembelajaran sastra yang menekankan apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif.
 Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak akan berpikir tentang sistem bahasa, tetapi berpikir bagaimana menggunakan bahasa ini secara tepat sesuai dengan kontek dan situasi. Jadi, secara pragmatis bahasa lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi daripada sebuah sistem ilmu. Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa.

B.     Kajian Penelitan Relevan
Kajian penelitian yang relevan dengan penelitian ini ialah Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Francisca Ngadini mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Baturaja tahun 2011 dengan judul “Efektifitas Penggunaan Metode tematik dan Bermain Peran (Eksperimen pada Mata Pelajaran BAHASA INDONESIA kelas II di SD 11 Baturaja” Subjek penelitian kelas II berjumlah 68 orang, dan instrument yang digunakan berupa tes. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan metode tematik lebih efektif daripada menggunakan metode bermain peran.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Lismiani mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Baturaja tahun 2011 dengan judul “meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui model tematik di kelas II SD Negeri 03 Muara Kuang”. Subjek penelitian berjumlah 22 orang, dan instrument yang digunakan berupa observasi dan tes. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran metode tematik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 03 Muara Kuang. Karena terjadi peningkatan perolehan hasil belajar sebesar 23,8% pada siklus I, 50,61% pada siklus II, dan sebesar 49,58% pada siklus III. Dengan begitu penelitian ini dikatakan berhasil karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa, menambah motivasi belajar siswa, dan membantu siswa untuk lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan guru.
Penelitian ekperimen yang dilakukan oleh Peni Rizkiyaturrohmah mahasiswa fakultas sains dan teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009 dengan judul : “Pengaruh Penerapan Model tematik terhadap Minat dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X MAN Klaten Semester Gazal Tahun Ajaran 2008/2009”. Subjek penelitian kelas Xa dan Xb berjumlah 61 orang, dan instrument yang digunakan berupa angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara minat dan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan model tematik dengan siswa yang diberi latihan pada materi ikatan Kimia kelas X di MAN Klaten semester Gazal tahun pelajaran 2008/2009.
Adapun persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lismiani, Fransisca, dan Peni ialah sama-sama membahas mengenai peningkatan hasil belajar dengan penggunaan model tematik dalam proses pembelajaran. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang dikembangkan, jika Lismiani untuk meningkatkan hasil belajar, Fransisca adalah membedakan hasil penggunaan metode group investigation dengan model tematik, dan Peni melihat engaruh penggunaan metode tematik minat dan prestasi serta motivasi belajar. Maka dalam penelitian ini adalah untuk melihat keefektifitasan penggunaan model tematik.












C.    Kerangka Konseptual
Untuk mengetahui proses pelaksanaan penelitian maka dijelaskan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:
SD N 2 Ujanmas
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran menggunakan model tematik
Pembelajaran metode ceramah dan tanya jawab
Tes
Tes
Hasil Belajar
Hasil Belajar
Mana yang lebih efektif?
Efektifitas  Penggunakaan Model tematik  Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas II di SD N 2 Ujanmas”.
 




















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif menggunakan metode eksperiment
Penelitian ini menggunakan rancangan dua sampel. Dua sampel yang dimaksud adalah dua kelas sebagai sampel dari seluruh populasi yaitu siswa kelas II.a SD N 2 Ujanmas yang berjumlah 60 orang. Dan sampel yang digunakan yaitu Kelas II.b sampel pertama merupakan sampel yang diberi perlakuan pembelajaran dengan  model tematik atau kelompok eksperimen. Sedangkan sampel kedua merupakan kelas yang diberi perlakuan pembelajaran tanpa model tematik
B.     Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah sebagi berikut:
Tabel.3.1 jenis/desain penelitian
Variabel bebas
Model Tematik(X1)
Metode ceramah, tanya jawab (X2)
Variabel terikat
Hasil belajar
(Y1)
(Y2)







C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Menurut Cholid dan Abu (2007:107) “populasi atau reprensinsif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi”. Berdasarkan pendapat tersebut populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas II a dan kelas II b di SD N 2 Ujanmas yang sejumlah 60 orang.
2.      Sampel
Dalam menetukan jumlah samapel di dalam penelitian ini penulis berpedoman dengan pendapat Winarno  Suracmad “Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah” dalam Cholid dan Abu (2007:110) dalam, memberikan pedoman sebagai berikut: “ Apabila populasi cukup homogen (serba sama), terhadap pupulasi dibawah 100 dapat dipergunakan sampel 50%, di atas 1.000 sebesar 15 %.” Sampel dalam penelitian ini di gambarkan sebagai berikut:


Tabel 3.2 Distribusi populasi dan Sampel
No
Kelas
Populasi
Sampel
1
Kelas II.a
30
30
2
Kelas II.b
30
30
Jumlah
60
60

D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data diperluakan dalam penelitian ini penulis menggunakan tes pengumpulas data berupa tes hasil belajar. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda. Adapun yang menjadi alasan penggunaan tes hasil belajar tersebut adalah:
1.      Data dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2.      Data yang diperoleh melalui tes hasil belajar lebih objektif kerena di tujukan langsung kepeda peserta didik sebagai sempel penelitian, dalam hal ini SD N 2 Ujanmas.
3.      Dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari tingkat kemampuan siswa.
            Sedangakan alat pengumpulan data tenteng peningkatan hasil belajar adalah tes dengan alat yang digunakan soal-soal yang diarahkan pada efektivitas metode tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
E.     Tehnik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dengan menggunakan rumus t-te yang dikemukakan oleh Sudijono, (2006 : 347) Kriteria pegujian adalah tolak Ho dan terima Ha jika t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 95% (0,05)
Sebelum memulai analisis data, dilakukan pengujian normalitas data dan pengujian homogenitas data yang telah ada. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaiman penyebaran kenormalan data yang ada antara nilai yang paling tinggi dengan nilai yang paling rendah, serta variabelitas didalamnya untuk melihat homogenitas sampel yang telh diambil dari sumber populasi yang sama.
Kriteria pengujian homogenetis menggunakan rumus uji Bartlett yang di kemukakan oleh  ( Sudjana, 1975:263) dalam skripsi Freti Sistri (UNBARA:2010) adalah:
X2 = ( In 10)[B- (N1-1) Log S12]
Sedangkan untuk menguji tingkat kenormalan di gunakan rumus uji Liliforst yang dikemukakan oleh ( Sudjana, 1975:466) dalam skripsi Freti Sistri (UNBARA:2010) adalah:
Setelah melakukan uji homogenitas dan kenormalan, kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan rumus t-tes yang dikemukakan oleh Sudijono, (2006:347), dengan rumus sebagai berikut :


langkah-langkah yang digunakan adalah :
a)      Mencari mean variabel X
b)      Mencari mean variabel X
c)      Mencari deviansi standar variabel I
d)     Mencari deviansi standar variabel II
e)      Mencari standar error mean variabel I
f)       Mencari standar error mean variabel I
g)      Mencari standar error perbedaan mean variabel I dan mean variabel II

Kriteria pegujian adalah tolak Ho dan terima Ha jika t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 95% (0,05)


F.     Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang dari bulan November sampai Desember 2012. Untuk lebih jelasnya jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penulisan Proposal
No
Nama Kegiatan
Tahun 2012
November
Desember
3
4
1
2
3
4
1
Tahap persiapan
ü  





2
Tahap pengumpulan data
ü  





3
Tahap penulisan proposal

ü  
ü  
ü  
ü  
ü  











DAFTAR PUSTAKA
Daryanto.2010. Belajar mengajar. Bandung: CV Yrama Widya, cet Ke-1
Fatoni abdurahmat. 2011. Metodologi penelitian dan teknik penyusunan skripsi.jakarta: PT Rineka Cipta, cet Ke-2.
Narbuko cholik, AbuAchmadi. 2009. mMetodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, cet Ke-10
Rusman.2011. Model-model pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, cet, Ke-4

By Kariawan Hadi

1 komentar: