BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam
proses belajar mengajar banyak sekali macam model pembelajaran yang digunakan
guru dalam menyampaikan suatu materi dan dari berbagi macam model pembelajran
yang digunakan dalam menyampaikan meteri tersebut kadang sering sekali model
pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya diterapkan,
salah satu medel pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Tematik.
Model pembelajaran Tematik adalah model pebelajaran terpadu
yang menggunakan pendekatan
tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengelaman bermakna
kepada siswa. Dikatakan bermaknakarena dalam pembelajaran tematik,siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui penglaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokos perhatian
dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang titempuh siswa saat
berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan
yang akan dikembangkannya.
Berdasarkan
penelitian peneliti disekolah SDN 2 Ujanmas ini belum sama sekali menggunakan
model pembelajaran yang lebih melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar
seperti model pembelajaran tematik ini, disekolah ini sebagian besar gurunya
masih menggunakan model sendiri atau biasa dikatakan masih memakai bahasa
daerah dalam menyampaikan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dalam memberikan pembelajaran terhadap siswa-siswanya, yang
menyebabkan para siswa terbiasa menerima saja apa yang disampaikan oleh gurunya
tanpa memahami secara omptimal dengan apa yang disampaikan oleh gurunya
tersebut dan menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing.
Penerapan metode yang menoton
ini menyebabkan siswa malas berpikir dan berperan aktif dalam situasi
pembelajaran sehhingga dan lebih senang bermain saat guru memberikan
pembelajaran, sehingga didapatkan rendahnya hasil belajar siswa kelas II SDN
Ujanmas yang peneliti dapatkan dari daftar nilai siswa dari TU SDN 2 ujanmas
tersebut.
Tabel 1.1
Daftar Rata-rata Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SD Negeri 02 Ujanmas
Kec. Sungai Are
Semester
|
Tahun Pelajaran
|
||
2008/2009
|
2009/2010
|
2010/2011
|
|
Ganjil
|
55
|
50
|
55
|
Genap
|
50
|
58
|
56
|
Cat : KKM = 60
|
Sumber : Daftar Nilai
Guru SD Negeri 02 Ujanmas Kec. Sungai Are
Berdasarkan nilai
rata-rata diatas dapat kita lihat nilai ketuntasan siswa masih sangat rendah
karena siswa sama sekali belum bisa mencapai nilai KKM.
Berdasarkan pokok-pokok
pikiran yang dipaparkan di atas maka peneliti mengajukan sebuah penelitian
tentang EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN TEMATIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN 2 UJANMAS KEC.
SUNGAI ARE
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka
masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.
Belum
digunakannya model pembelajaran tematik.
- Guru sering menggunakan bahasa daerah dalam menyapaikan pembelajaran.
- Metode yang digunakan masih sangat menoton.
- Rendahnya nilai hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 02 Ujanmas
C.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah
penelitian ini penulis batasi pada rendahnya hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan belum
digunakannya model pembelajaran Tematik pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SD Negeri 02 Ujanamas Kec. Sungai Are
D.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah
efektivitas penerapan model pembelajaran Tematik
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II
SD Negeri 02 Ujanmas kec. Sungai are ?
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran
tematik pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas II SD Negeri 02 Ujanmas kec.Sungai Are
F. Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagi
sekolah, dapat memberikan informasi terhadap perkembangan dunia pendidikan
kita, bahwa pendidik di sekolah harus dapat memberikan bimbingan kepada
siswanya untuk berkembang dan menguasai ilmu pengetahuan secara menyeluruh
2.
Bagi
guru, dapat memberikan masukkan kepada
guru untuk merancang pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa, dan
membuka paradigma baru dalam mengembangkan model pembelajaran yang lebih baik
3.
Bagi
siswa, dapat memotivasi siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep dan pemahaman siswa
terhadap pelajaran Bahasa Indonesia khusunya.
4.
Bagi
peneliti, untuk memenuhi tugas karya tulis ilmiah penelitian kuantitatif.
G. Hipotesis
Tindakan
Sugiyono (2010 : 96) mendefiniskan hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Menurut Asrori (2007:64)
dalam konteks penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru, maka
hipotesis tindakan dapat diartikan sebagai suatu prakiraan yang bakal terjadi
dalam proses dan hasil pembelajaran jika suatu tindakan dilakukan.
Menurut
Sudijono (2005:208) hipotesis dibagi menjadi dua yaitu pertama hipotesis
alternatif (Ha) adalah kolerasi positif yang signifikan, antara variabel X dan
variabel Y, dan kedua (Ho) tidak adanya korelasi positif yang signifikan,
antara variabel X, dan variabel Y. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1. Ha = Adanya efektivitas penerapan model
pembelajaran Tematik pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SD Negeri 02 Ujanmas kec.Sungai Are.
2. Ho = Tidak ada
efektivitas penerapan model pembelajaran Tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri 02 Ujanmas kec.Sungai
Are.
H.Defenisi
Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi terhadap istilah
dalam penelitian ini maka diberikan defenisi operasional sebagai berikut :
1. Hasil belajar adalah
”pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan”. Suprijono (2009:5). Sementara hasil belajar yang
dimaksud pada penelitian ini hasil belajar melingkupi hasil belajar pada aspek
kognitif dan afektif.
2. Model
pembelajaran Tematik adalah model
pembelajran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dipahaminya. Fokos perhatian dalam pembelajaran tematikterletak pada
proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan
dengan bentu-bentuk ketrampilan yang harus dikembangkannya. (Rusman, 2011 dalam
buku model-m0del pembelajaran : 254).
3. Bahasa
indonesia suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan
identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa
tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara
lambang bunyi dengan bendanya. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola
yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang
terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata
bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan
baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. (bodioyono,
2002 dalam buku sejarah Bahasa Indonesia : 123).
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
1. Efektivitas
Menurut Sondang P. Siagian (2001 : 24) Efektivitas
adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang
secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa
kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi
tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran,
berarti makin tinggi efektivitasnya.
Menurut Abdurahmat
(2003:92) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana
dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. .
2. Model Pembelajaran Tematik
a. Pengertian
Tematik
Model pembelajaran tematik adalah
model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dipahaminya. Fokos perhatian dalam pembelajaran tematikterletak pada
proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan
dengan bentu-bentuk ketrampilan yang harus dikembangkannya.
b.
Tujuan pembelajaran
tematik
Menurut presentasi sosialisasi KTSP yang dilakukan
oleh dinas terkait, berikut ini beberapa tujuan penerapan pembelajaran tematik;
1). Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang
pembelajaran tematik.
2). Memberikan
pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
3). Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun
perencanaan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran
tematik.
4). Memberikan
wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan
dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik.
c.
Manfaat Pembelajaran
Tematik
Sedangkan
manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran tematik seperti;
1). Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan
indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang
tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan,
2). Siswa mampu melihat
hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan
sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir,
3). Pembelajaran
menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi
yang tidak terpecah-pecah.
4). Dengan
adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik
dan meningkat.
d.
Kelebihan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan (Depdikbud,
1996) sebagai berikut :
1). Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan
tingkat perkembangannya.
2). Kegiatan
yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3). Kegiatan belajar bermakna bagi
anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
4). Keterampilan berpikir anak
berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
5). Kegiatan
belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak.
6). Keterampilan
sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. (kerja sama,
komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain)
e.
Kelemahan pembelajaran tematik
Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan
pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal.
Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema
sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema
dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario
pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah
narasi yang kering tanpa makna.
f.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
tematik
1). Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a). Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1). Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
(2). Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
(1). Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati
b). Menentukan tema
(1). cara penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
(2). Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
(a). Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
(b). Dari yang termudah menuju yang sulit
(c). Dari yang sederhana menuju yang kompleks
(d). Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
(e). Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
(f). Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya
c). Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
d). Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.
E). Penyusunan rencana pembelajaran
Untuk
keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman
belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen
rencana pembelajaran tematik meliputi
(1). Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
(2). Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
(3). Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
(4). Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).
(5). Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
(6). Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).
3. Hasil
Belajar
Menurut
Sudjana, (2004:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya. sedangkan menurut Horwart Kingsley
dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar :(1)
keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan
cita-cita.
Menurut
Sudjana, (1989 : 39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa berupa
perubahan kemampuan yang dimilikinya
4.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran bahasa
Indonesia harus memperhatikan hakikat bahasa dan sastra sebagai sarana
komunikasi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Dalam hal ini ruang
lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa dan
kemampuan bersastra yang meliputi aspek medengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Keempat aspek itu merupakan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran
walaupun dalam penyajian silabus keempat aspek itu masih dapat dipisahkan.
Selain itu, dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
BAB V Standar Kompetensi Lulusan Pasal 25 Ayat (3) dijelaskan bahwa kompetensi
lulusan untuk mata pelajaran bahasa (termasuk Bahasa Indonesia) menekankan pada
kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan. Dalam hal
membaca, pada akhir pendidikan di SMP/MTs, peserta didik diharapkan telah
membaca sekurang-kurangnya lima belas buku sastra dan nonsastra.
Pada sisi lain, bahasa Indonesia
merupakan sarana komunikasi dan sastra me-rupakan salah satu hasil budaya yang
menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas. Sementara itu, bahasa dan sastra
Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui pendekatan yang sesuai dengan
hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan aspek kinerja
atau keterampilan berbahasa dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif,
sedangkan pendekatan pembelajaran sastra yang menekankan apresiasi sastra
adalah pendekatan apresiatif.
Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama
bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian.
Untuk itu, orang tidak akan berpikir tentang sistem bahasa, tetapi berpikir
bagaimana menggunakan bahasa ini secara tepat sesuai dengan kontek dan situasi.
Jadi, secara pragmatis bahasa lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan
performansi daripada sebuah sistem ilmu. Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa
pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa.
B. Kajian
Penelitan Relevan
Kajian penelitian yang relevan dengan
penelitian ini ialah Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Francisca
Ngadini mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Baturaja
tahun 2011 dengan judul “Efektifitas Penggunaan Metode tematik dan Bermain Peran
(Eksperimen pada Mata Pelajaran BAHASA
INDONESIA kelas II di SD 11 Baturaja” Subjek penelitian kelas
II berjumlah 68 orang, dan instrument yang digunakan berupa tes. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan metode tematik lebih efektif daripada
menggunakan metode bermain peran.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh
Lismiani mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Baturaja
tahun 2011 dengan judul “meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia melalui model tematik di kelas II SD Negeri 03 Muara Kuang”. Subjek penelitian berjumlah 22 orang, dan instrument
yang digunakan berupa observasi dan tes. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran metode tematik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 03 Muara Kuang. Karena
terjadi peningkatan perolehan hasil belajar sebesar 23,8% pada siklus I, 50,61%
pada siklus II, dan sebesar 49,58% pada siklus III. Dengan begitu penelitian
ini dikatakan berhasil karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa, menambah
motivasi belajar siswa, dan membantu siswa untuk lebih memahami materi
pelajaran yang disampaikan guru.
Penelitian
ekperimen yang dilakukan oleh Peni Rizkiyaturrohmah mahasiswa fakultas sains
dan teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009
dengan judul : “Pengaruh Penerapan Model tematik terhadap Minat dan Prestasi
Belajar Kimia Siswa Kelas X MAN Klaten Semester Gazal Tahun Ajaran 2008/2009”.
Subjek penelitian kelas Xa dan Xb berjumlah 61 orang, dan instrument yang
digunakan berupa angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang positif dan signifikan antara minat dan prestasi belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan penerapan model tematik dengan siswa yang diberi
latihan pada materi ikatan Kimia kelas X di MAN Klaten semester Gazal tahun
pelajaran 2008/2009.
Adapun persamaan antara penelitian ini dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Lismiani, Fransisca, dan Peni ialah
sama-sama membahas mengenai peningkatan hasil belajar dengan penggunaan model tematik
dalam proses pembelajaran. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang
dikembangkan, jika Lismiani untuk meningkatkan hasil belajar, Fransisca adalah
membedakan hasil penggunaan metode group investigation dengan model tematik,
dan Peni melihat engaruh penggunaan metode tematik minat dan prestasi serta
motivasi belajar. Maka dalam penelitian ini adalah untuk melihat
keefektifitasan penggunaan model
tematik.
C. Kerangka
Konseptual
Untuk mengetahui
proses pelaksanaan penelitian maka dijelaskan dalam kerangka konseptual sebagai
berikut:
SD N 2 Ujanmas
|
Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
|
Pembelajaran menggunakan
model tematik
|
Pembelajaran metode ceramah dan tanya jawab
|
Tes
|
Tes
|
Hasil
Belajar
|
Hasil
Belajar
|
Mana
yang lebih efektif?
Efektifitas Penggunakaan Model tematik Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas II di SD N 2 Ujanmas”. |
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis penelitian
Penelitian
ini termasuk dalam penelitian kuantitatif menggunakan metode eksperiment
Penelitian ini menggunakan rancangan dua
sampel. Dua sampel yang dimaksud adalah dua kelas sebagai sampel dari seluruh
populasi yaitu siswa kelas II.a SD N 2 Ujanmas yang berjumlah 60 orang. Dan
sampel yang digunakan yaitu Kelas II.b sampel pertama merupakan sampel yang
diberi perlakuan pembelajaran dengan model tematik atau kelompok eksperimen.
Sedangkan sampel kedua merupakan kelas yang diberi perlakuan pembelajaran tanpa
model tematik
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian
ini adalah sebagi berikut:
Tabel.3.1
jenis/desain penelitian
Variabel bebas
|
Model Tematik(X1)
|
Metode ceramah, tanya jawab (X2)
|
Variabel terikat
Hasil belajar
|
(Y1)
|
(Y2)
|
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Cholid dan Abu (2007:107) “populasi
atau reprensinsif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan
populasi secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan
duplikat dari populasi”. Berdasarkan pendapat tersebut populasi penelitian ini
adalah peserta didik kelas II a dan kelas II b di SD N 2 Ujanmas yang sejumlah
60 orang.
2. Sampel
Dalam menetukan jumlah samapel di dalam
penelitian ini penulis berpedoman dengan pendapat Winarno Suracmad “Dasar dan Teknik Research Pengantar
Metodologi Ilmiah” dalam Cholid dan Abu (2007:110) dalam, memberikan pedoman
sebagai berikut: “ Apabila populasi cukup homogen (serba sama), terhadap
pupulasi dibawah 100 dapat dipergunakan sampel 50%, di atas 1.000 sebesar 15
%.” Sampel dalam
penelitian ini di gambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Distribusi populasi dan Sampel
No
|
Kelas
|
Populasi
|
Sampel
|
1
|
Kelas II.a
|
30
|
30
|
2
|
Kelas II.b
|
30
|
30
|
Jumlah
|
60
|
60
|
D.
Teknik
dan Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data diperluakan dalam
penelitian ini penulis menggunakan tes pengumpulas data berupa tes hasil
belajar. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda. Adapun
yang menjadi alasan penggunaan tes hasil belajar tersebut adalah:
1.
Data dalam penelitian ini
adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
2.
Data yang diperoleh melalui
tes hasil belajar lebih objektif kerena di tujukan langsung kepeda peserta
didik sebagai sempel penelitian, dalam hal ini SD N 2 Ujanmas.
3.
Dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari tingkat kemampuan siswa.
Sedangakan alat pengumpulan data
tenteng peningkatan hasil belajar adalah tes dengan alat yang digunakan
soal-soal yang diarahkan pada efektivitas metode tematik pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
E.
Tehnik
Analisis Data
Analisis data dalam
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dengan
menggunakan rumus t-te yang dikemukakan oleh Sudijono, (2006 : 347) Kriteria
pegujian adalah tolak Ho dan terima Ha jika t hitung > t tabel pada tingkat
kepercayaan 95% (0,05)
Sebelum memulai analisis data, dilakukan
pengujian normalitas data dan pengujian homogenitas data yang telah ada. Hal
ini dimaksudkan untuk melihat bagaiman penyebaran kenormalan data yang ada
antara nilai yang paling tinggi dengan nilai yang paling rendah, serta
variabelitas didalamnya untuk melihat homogenitas sampel yang telh diambil dari
sumber populasi yang sama.
Kriteria pengujian
homogenetis menggunakan rumus uji Bartlett yang di kemukakan oleh ( Sudjana, 1975:263) dalam skripsi Freti
Sistri (UNBARA:2010)
adalah:
X2
= ( In 10)[B- (N1-1) Log S12]
Sedangkan untuk menguji
tingkat kenormalan di gunakan rumus uji Liliforst yang dikemukakan oleh (
Sudjana, 1975:466) dalam skripsi Freti Sistri (UNBARA:2010) adalah:
Setelah melakukan uji
homogenitas dan kenormalan, kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan
rumus t-tes yang dikemukakan oleh Sudijono, (2006:347), dengan rumus sebagai
berikut :
langkah-langkah yang digunakan adalah :
a) Mencari
mean variabel X
b) Mencari
mean variabel X
c) Mencari
deviansi standar variabel I
d) Mencari
deviansi standar variabel II
e) Mencari
standar error mean variabel I
f) Mencari
standar error mean variabel I
g) Mencari
standar error perbedaan mean variabel
I dan mean variabel II
Kriteria pegujian adalah
tolak Ho dan terima Ha jika t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 95%
(0,05)
F.
Jadwal
Penelitian
Penelitian ini dilakukan
selama lebih kurang dari bulan November sampai Desember 2012. Untuk lebih
jelasnya jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel
3.3 Jadwal Kegiatan Penulisan Proposal
No
|
Nama Kegiatan
|
Tahun 2012
|
|||||
November
|
Desember
|
||||||
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Tahap persiapan
|
ü
|
|||||
2
|
Tahap pengumpulan data
|
ü
|
|||||
3
|
Tahap penulisan proposal
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
DAFTAR
PUSTAKA
Daryanto.2010. Belajar mengajar. Bandung:
CV Yrama Widya, cet Ke-1
Fatoni abdurahmat. 2011. Metodologi penelitian dan
teknik penyusunan skripsi.jakarta: PT Rineka Cipta, cet Ke-2.
Narbuko cholik, AbuAchmadi. 2009. mMetodologi
penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, cet Ke-10
Rusman.2011. Model-model pembelajaran. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, cet, Ke-4
By Kariawan Hadi
ini ptk apa bukan ya?
BalasHapus